Mengapa Nilai Tukar Rupiah Terus Melemah?
Setiap negara memiliki mata uang yang berbeda. Perbedaan ini dijembatani oleh dollar sebagai mata uang yang berlaku secara internasional sehingga memudahkan perdagangan antar negara. Dari hal ini pula setiap mata uang memiliki nilai tukar yang fluktuatif, tergantung dari berbagai faktor penunjangnya. Begitu juga dengan mata uang rupiah dari Indonesia.
Pada Juni 2024 lalu, nilai tukar rupiah pernah ada di titik tinggi yaitu mencapai Rp16.375 per dollar Amerika Serikat. Padahal nilai tukar mata uang dapat mencerminkan kekuatan ekonomi, stabilitas politik, hingga persepsi pasar internasional terhadap negara tersebut. Jika nilai tukar rupiah terus melemah, hal ini dapat membawa dampak buruk terhadap situasi ekonomi dalam negeri hingga luar negeri.
Sebenarnya apa yang menyebabkan nilai tukar rupiah terus melemah? Artikel ini akan membahasnya.
Nilai tukar rupiah yang melemah bukan tanpa alasan, berikut beberapa faktor penyebabnya:
Inflasi Amerika Serikat yang Tinggi
Penyebab utama dari nilai tukar rupiah yang melemah adalah adanya dampak eksternal dari inflasi yang terjadi di Amerika Serikat. Ketika negeri Paman Sam ini mengalami kenaikan suku bunga akibat inflasi, The Fed juga ikut tidak ingin menurunkan suku bunganya.
Turunnya Surplus Neraca Dagang Indonesia
Saat ini Indonesia masih memiliki kebutuhan impor yang tinggi, padahal nilai tukar rupiah sedang melemah. Hal ini kemudian akan merugikan negara karena surplus neraca dagang menjadi turun.
Harga Komoditas Ekspor yang Turun
Selama beberapa tahun terakhir, harga komoditas Indonesia yang diekspor ke luar negeri mengalami penurunan di pasar global. Hal ini disinyalir karena bahan mentah memang memiliki harga yang cenderung lebih murah dibanding barang jadi atau barang setengah jadi.
Ketidakpastian Global
Faktor lain yang menyebabkan melemahnya nilai tukar rupiah terjadi akibat ketidakpastian global, termasuk jika terjadi perang atau krisis geopolitik.
Misalnya ketika bank sentral Amerika, The Federal Reserve sedang menaikan suku bunga, hal ini cenderung membuat investor menarik dana investasi di negara berkembang dan mengalihkannya pada aset yang lebih aman. Penurunan investasi ini akan meningkatkan permintaan akan dollar sehingga rupiah pun melemah.
Kebijakan Pemerintah dan Bank Sentral dalam Negeri
Nilai tukar rupiah juga bisa dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah dan juga bank sentral dalam hal ini Bank Indonesia. Misalnya saja pada kebijakan fiskal yang ekspansif tanpa diimbangi produktivitas dapat meningkatkan inflasi dan memperburuk defisit anggaran.
Utang Luar Negeri
Dalam membangun negara, terkadang negara harus berhutang dan seringkali hutang atau modal yang masuk dalam mata uang dollar. Ketika dollar naik, maka nilai utang juga akan ikut bertambahan. Beban pembayaran bunga dan pokok utang menjadi lebih berat sehingga memberikan tekanan pada nilai tukar rupiah.
Bukan pertanda bagus jika nilai tukar rupiah terus melemah, karena beberapa dampak bisa terjadi seperti:
Kenaikan Harga Barang dan Jasa
Melemahnya rupiah dapat berdampak pada kenaikan harga barang dan jasa, terutama barang-barang impor. Hal ini diakibatkan biaya produksi yang juga ikut naik. Jika keadaan terus berlanjut, hal ini dapat memengaruhi daya beli masyarakat.
Penurunan Investasi Asing
Seperti yang telah dibahas, ketika rupiah melemah maka kepercayaan investor asing juga akan turun. Para investor cenderung akan menghindari risiko investasi dengan return yang rendah. Dalam jangka panjang, hal ini dapat mengurangi modal yang masuk ke negara sehingga program seperti penciptaan lapangan kerja dan pembangunan infrastruktur terhambat.
Meningkatnya Beban Utang
Karena utang luar negeri menggunakan dollar, maka ketika rupiah melemah, jumlah utang yang dibayar pun menjadi lebih besar. Hal ini tentu saja menambah beban pengeluaran negara dan merupakan masalah yang harus segera diselesaikan sebelum bertambah parah atau bahkan meningkatkan risiko negara mengalami kebangkrutan.
Pertumbuhan Ekonomi yang Melambat
Akibat dari meningkatnya harga barang, nilai utang yang bertambah, dan turunnya investasi pada akhirnya akan memperlambat pertumbuhan ekonomi dalam negeri. Hal ini tentu saja bukan pertanda baik, karena bagaimanapun ekonomi melalui daya beli dan konsumsi masyarakat merupakan roda pendorong pertumbuhan negara.
Meskipun berbahaya, namun bukan berarti kondisi nilai tukar rupiah yang melemah tidak bisa distimulasi untuk bangkit. Berikut beberapa hal yang bisa dilakukan:
Intervensi Pasar oleh Bank Sentral
Bank Indonesia sebagai bank sentral dapat melakukan intervensi valuta asing sebagai upaya menstabilkan nilai tukar rupiah. Intervensi ini dilakukan dengan cara membeli atau menjual cadangan devisa negara agar fluktuasi nilai tukar dapat berkurang. Namun hal ini bukan perkara mudah untuk dilakukan karena dibutuhkan strategi matang agar tidak menekan pertumbuhan ekonomi dalam negeri.
Mengurangi Ketergantungan Impor
Cara lain yang bisa dilakukan untuk memperkuat nilai tukar rupiah adalah dengan memperbanyak konsumsi produk lokal dibandingkan impor. Hal ini dapat memperkuat perputaran uang di dalam negeri sehingga pertumbuhan ekonomi jangka panjang dapat terwujud. Pemerintah dapat turut serta membantu menngembangkan potensi UKM lokal sebagai sumber utama barang yang dicari masyarakat.
Memberikan Aturan yang Jelas untuk Investor
Rasa aman dapat menjadi pintu awal masuknya investor. Untuk itu melalui regulasi yang jelas dan jaminan keamanan dari sisi politik maupun hukum yang dikeluarkan pemerintah dapat memengaruhi seberapa banyak investor yang nantinya akan ikut melakukan penanaman modal di Indonesia.
Itulah penyebab dari nilai tukar rupiah yang melemah. Namun dengan kerja sama yang baik dari seluruh elemen baik itu pemerintah, pengusaha, dan masyarakat, nilai tukar rupiah bisa kembali menguat. Cara lain bisa dilakukan dengan memperbanyak ekspor dari komoditas lokal yang ada di dalam negeri, tentunya hal ini juga memperbesar kekuatan rupiah di pasar global.