3 Cara Mitigasi Risiko yang Efektif dalam Supply Chain Management
Supply Chain Management adalah komponen kritis dan kompleks dalam operasional bisnis. Mulai dari produksi pabrik sampai ke tangan ritel, bisnis sangat bergantung pada arus rantai pasok yang efisien dan efektif agar dapat memenuhi permintaan konsumen dan memaksimalkan profit. Tapi, tentu saja manajemen supply chain bukanlah hal yang mudah, ada tantangan seperti delay, hal tidak terduga, kemitraan yang tidak jelas, dan masih banyak lagi. Oleh karena itulah, pada artikel ini, Uniair Cargo akan bahas lebih lengkap tentang mitigasi risiko dalam supply chain management.
Dalam bisnis, supply chain management adalah bagian penting yang membantu perusahaan untuk menjaga efisiensi operasional dan keberlanjutan bisnis. Namun, ada risiko yang terkait dengan pengelolaan rantai pasok, seperti kegagalan dalam pengiriman, keterlambatan dalam produksi, atau kerusakan pada produk. Oleh karena itu, mitigasi risiko sangat penting untuk menjamin kelancaran operasi bisnis.
Perusahaan juga dapat menggunakan teknologi untuk memitigasi risiko dalam supply chain management. Teknologi dapat membantu memantau pengiriman dan produksi, serta membantu mengidentifikasi masalah pada tahap awal. Dalam hal ini, perusahaan dapat menggunakan sistem manajemen rantai pasokan yang terintegrasi untuk mempercepat pengambilan keputusan dan mengoptimalkan operasi bisnis.
Inilah langkah mitigasi risiko dalam supply chain management.
Salah satu cara untuk memitigasi risiko dalam supply chain management adalah dengan melakukan audit secara teratur pada supplier dan subkontraktor. Audit dapat membantu menemukan dan mengidentifikasi masalah pada tahap awal sebelum terjadi risiko besar. Selain itu, perusahaan juga dapat melakukan survei dan pemantauan terhadap supplier dan subkontraktor untuk memastikan bahwa mereka mematuhi standar kualitas dan keamanan yang telah ditetapkan.
Audit semua vendor, supplier, subkontraktor, siapapun pihak yang terlibat dalam rantai pasok mulai dari upstream hingga ke downstream supply chain (hulu ke hilir). Lakukan evaluasi dan kebijakan berbasis risiko.
Rencana kontingensi adalah rencana yang diatur ketika dalam kondisi atau situasi tak terduga, seperti pandemi, bencana alam, dan lain-lain. Brand atau manufaktur harus mengetahui ini supaya manajemen rantai pasok mereka tidak terganggu.
Apa yang terjadi apabila pengiriman tertunda karena trailer pengangkut mengalami mogok? Tentunya efisiensi akan berkurang, waktu akan habis terbuang, kerugian pun sudah pasti. Inilah yang harus diantisipasi oleh masing-masing pengusaha.
Brand atau manufaktur bisa antisipasi dengan cara menyisihkan modal untuk rencana kontingensi ketika terjadi kerugian pada situasi tak terduga. Misalnya kalau truk mogok, Anda bisa langsung outsourcing truk lainnya yang bisa mengangkut segera.
Rencana kontingensi dapat membantu perusahaan mengatasi situasi yang tidak terduga, seperti bencana alam atau pemogokan. Dalam rencana kontingensi perusahaan harus mempertimbangkan semua kemungkinan risiko dan mempersiapkan solusi alternatif untuk mengatasi masalah yang muncul.
Perusahaan juga dapat memitigasi risiko dengan memperluas jaringan supplier. Dengan memiliki lebih banyak pilihan supplier, perusahaan dapat meminimalkan risiko kegagalan pasokan. Selain itu, perusahaan juga dapat menyeimbangkan risiko dengan mengalokasikan pesanan kepada beberapa supplier, sehingga jika satu supplier mengalami masalah, perusahaan masih dapat memperoleh pasokan dari supplier lain.
Ibarat kata kalau vendor A mengalami masalah, Anda bisa langsung menggunakan vendor B. Karena supply chain bergerak sangat cepat dan harus sebisa mungkin efisien. Oleh karena itu, jalinlah hubungan dengan banyak vendor, minta penawaran mereka dan bandingkan harganya. Tetap ingat juga, vendor yang murah belum tentu hasilnya bagus ya.
Jangan sampai karena Anda tergiur freight forwarder murah, tapi mereka menggunakan fleet tua yang rentan mogok dan mobil sering bermasalah. Ketika terjadi hal tak terduga, justru biaya yang Anda keluarkan jadi lebih mahal dibandingkan ketika Anda menyewa freight forwarder yang harganya sesuai dengan pasaran.
Tentunya, ada beberapa langkah yang dapat diambil dalam melakukan mitigasi risiko dalam supply chain management. Pertama-tama, pihak manajemen harus melakukan identifikasi risiko dengan mendefinisikan sumber risiko yang mungkin terjadi. Selanjutnya, manajemen dapat membuat daftar risiko yang ditemukan, mengevaluasi dampaknya, dan memprioritaskan risiko yang paling penting.
Setelah risiko diidentifikasi, langkah selanjutnya adalah melakukan penilaian kualitatif dan kuantitatif pada setiap risiko yang ada. Penilaian ini harus mempertimbangkan faktor-faktor seperti probabilitas terjadinya risiko, dampaknya, dan waktu terjadinya risiko. Dari sini, manajemen dapat menentukan strategi mitigasi yang tepat untuk setiap risiko yang ditemukan.
Strategi mitigasi dapat mencakup tindakan pencegahan, pengurangan risiko, atau transfer risiko ke pihak ketiga. Tindakan pencegahan dapat meliputi peningkatan pengawasan, pengujian produk, atau penambahan lapisan keamanan. Pengurangan risiko dapat mencakup diversifikasi pasokan atau investasi pada teknologi yang lebih aman dan efisien. Sedangkan transfer risiko dapat dilakukan dengan mengambil asuransi atau menempatkan beberapa risiko pada pihak ketiga seperti kontraktor atau produsen.
Selain itu, manajemen juga harus memperhatikan keadaan pasar dan lingkungan sekitar yang dapat mempengaruhi risiko dalam supply chain. Hal ini dapat meliputi kondisi ekonomi, peraturan pemerintah, dan bencana alam. Dengan mempertimbangkan faktor-faktor ini, manajemen dapat memperkuat strategi mitigasi dan meminimalkan dampak risiko pada bisnis.
Dalam melakukan mitigasi risiko, manajemen harus selalu memantau kondisi supply chain dan melakukan evaluasi secara berkala. Ini bertujuan untuk memastikan bahwa strategi mitigasi yang diambil tetap relevan dan efektif, dan dapat disesuaikan dengan kondisi yang berkembang.
Dalam mengelola risiko dalam supply chain management, konsistensi dan kehati-hatian sangat penting untuk meminimalkan kerugian dan mempertahankan keberlangsungan bisnis. Dengan mengambil tindakan mitigasi yang tepat dan memantau kondisi secara berkala, bisnis dapat meminimalkan risiko dan menjaga keberhasilan dalam supply chain management.