Cara Menghitung Persentase Saham Jika Ada Investor Baru
Dalam berbisnis, terkadang kita tidak bisa melakukannya sendirian. Bantuan dari pihak lain dapat menjadi dorongan kuat untuk berkembang, misalnya saja dengan adanya bantuan penanaman modal atau saham.
Dengan menarik investor baru, modal di perusahaan bisa bertambah secara signifikan sehingga mempermudah ruang gerak Anda dalam mengembangkannya. Badan Pusat Statistik mencatat transaksi dan indeks saham di Bursa Efek Indonesia pada Juli 2024 melibatkan 934 perusahaan dengan total volume saham mencapai 387.620 juta atau setara dengan 228.534 Milyar rupiah.
Dari data ini bisa disimpulkan bahwa menanam modal di perusahaan dapat menjadi peluang bisnis yang lebih ringan karena Anda tidak perlu menyiapkan seluruh produksinya. Selain itu, dari kacamata pemilik usaha, dapat terlihat bahwa mendapatkan investor baru merupakan jalan untuk memajukan bisnis lebih cepat.
Sebelum memutuskan untuk menjadi atau menerima investor, pastikan Anda memahami cara penghitungan keuntungannya terlebih dahulu. Dalam artikel ini, mari kita bahas langkah-langkahnya.
Saham adalah bagian dari kepemilikan sebuah usaha. Ketika Anda membeli saham di perusahaan tertentu, maka sebagian dari perusahaan tersebut telah menjadi milik Anda yang besarannya tergantung berapa persen kepemilikan yang Anda dapatkan.
Misalnya jika sebuah perusahaan memutuskan untuk melepas 1.000 lembar saham, dan Anda membelinya sebanyak 100 lembar, maka persentase kepemilikan Anda sebesar 10%.
Jika di kemudian hari perusahaan memutuskan menambah jumlah saham pada investor baru, maka total lembar saham yang beredar akan bertambah yang memungkinkan persentase kepemilikan Anda akan berkurang, kecuali jika Anda kembali membeli tambahan saham tersebut.
Ketika Anda mulai menanamkan modal atau menerima investor, ada 2 tipe keuntungan yang bisa dibagikan antara lain:
Capital Gain
Keuntungan ini terjadi ketika Anda membeli saham dalam harga yang relatif murah, lalu menjualnya kembali saat harganya naik. Perbedaan nilai jual beli ini yang nantinya akan menjadi keuntungan bagi Anda.
Misalnya, Anda membeli saham perusahaan X di Januari 2024 sebanyak 500 lembar dengan harga Rp2.000/lembar sehingga total saham Anda adalah Rp1 juta. Lalu pada bulan Juli 2024, nilai saham tersebut melonjak menjadi Rp3.000/lembar. Anda dapat menjualnya dengan nominal Rp1,5 juta. Selisih inilah yang disebut dengan capital gain.
Rumus perhitungannya adalah sebagai berikut:
Persentase keuntungan saham = Nominal keuntungan saham/Modal awal pembelian saham x 100%
Dalam contoh dapat dihitung sebagai berikut:
Rp500.000/Rp1.000.000 x 100% = 50%
Maka, persentase capital gain Anda adalah 50%. Untuk mendapatkan capital gain yang maksimal, Anda harus peka terhadap pergerakan saham. Banyak membaca situasi politik dan ekonomi global serta berdiskusi sesama investor dapat menjadi upaya untuk memprediksi pergerakan grafik Anda. Selain itu, perhatikan pula prediksi inflasi setiap tahunnya agar Anda tidak mengalami kerugian saat membeli atau menjual saham.
Dividen
Keuntungan selanjutnya yang bisa didapatkan dari membeli saham adalah melalui dividen atau hasil pembagian keuntungan.
Contohnya, akhir tahun 2023, perusahaan X memiliki jumlah laba bersih senilai 500 juta rupiah. Dari rapat umum pemegang saham diputuskan bahwa keuntungan yang akan dibagi ke seluruh pemegang saham nilainya 200 juta rupiah.
Maka jika diasumsikan seluruh jumlah saham yang beredar adalah 1 juta lembar, maka nilai per saham menjadi 200 rupiah. Anda dapat mengalikan angka ini dengan jumlah lembar yang Anda miliki. Jika Anda mempunyai 15 ribu lembar saham, maka dividen yang Anda terima adalah 3 juta rupiah.
Untuk menentukan jumlah yang Anda dan investor baru dapatkan, perhatikan hal-hal berikut ini:
Menentukan Total Saham Investor Lama dan Investor Baru
Langkah pertama adalah menentukan jumlah nilai saham yang beredar sebelum investor baru masuk dan setelahnya.
Sebagai contoh perusahaan X awalnya hanya memiliki 1.000 lembar saham, lalu untuk menarik investor mereka menerbitkan 200 lembar saham tambahan untuk investor baru. Maka dari sini dapat disimpulkan jumlah saham yang beredar menjadi 1.200 lembar saham.
Hitung Persentase Investor Lama dan Investor Baru
Setelah mengetahui jumlah saham yang beredar, maka saatnya menghitung jumlah persentase masing-masing pemegang saham, antara investor lama dan investor baru.
Rumus yang bisa digunakan untuk hal ini ialah:
Persentase saham investor lama = Jumlah saham lama/Total saham baru x 100%
Misalnya seorang investor lama telah memiliki 100 lembar saham saat jumlah yang beredar 1.000 lembar. Maka setelah jumlah saham beredar menjadi 1.200 kembar, persentase saham yang dimiliki oleh investor baru menjadi:
100 saham/1.200 saham x 100% = 8,33%
Jika kita kembali pada persoalan awal di mana investor lama memiliki jumlah presentase 10% sebelum datang investor baru, namun karena jumlah investornya bertambah, kini nilai kepemilikan investor lama pun turun menjadi 8,33%.
Bagaimana dengan investor baru? Dengan rumus yang sama kita bisa menghitungnya. Misalnya saja investor baru langsung membeli 200 lembar saham baru yang ditambahkan, maka persentase kepemilikannya menjadi:
200 saham/1.200 saham x 100% = 16,67%
Angka-angka ini bisa disesuaikan tergantung berapa lembar saham yang dibeli dibagi total jumlah saham yang beredar saat ini.
Dari kacamata investor lama, terjadi dilusi saham di mana persentase kepemilikannya berkurang akibat adanya investor baru. Pada contoh ini di mana sebelumnya investor lama memiliki 10% kepemilikan menjadi 8,33%, maka dilusi saham yang terjadi adalah 1,67%.
Tentunya meski secara persentase turun, namun jika dikonversi dalam nominal rupiah hasilnya belum tentu turun. Hal ini disebabkan asumsi bahwa jika modal bertambah, keuntungan usaha pun berpotensi naik.
Itulah cara menghitung persentase saham jika Anda ingin melibatkan atau justru menjadi investor baru. Tentunya untuk memutuskan hal ini harus dicermati terlebih dahulu. Anda dapat berkonsultasi dengan ahlinya atau jasa konsultan tertentu agar lebih bijak dalam mengambil pilihan.